Wednesday, October 01, 2008

Jakarta-Jedah-Mekah-Madinah


Ramadhan kali ini gw diberi kesempatan utk merasakan indahnya ramadhan di tanah suci dalam sebuah perjalanan ibadah dan tugas dari kantor, setelah sebelumnya gw diberikan rezeki oleh Allah utk ibadah haji dan tugas pada saat hajian 2007.....

Seperti layaknya orang berpuasa masing-masing negara dan tempat juga punya kekhasan dalam beribadah baik itu shalat, dzakat serta berpuasa di bulan ramadhan, ramadhan kali ini gw mendapatkan sebuah sudut pandang baru mengenai cara orang menjalani ibadah ramadhan...

Di jakarta dan umumnya di Indonesia, jam kerja pada saat Ramadhan mengalami pergeseran yg tidak terasa, gairah kerja pun masih tinggi, masih ada macet-macet di jalanan wahh padahal bulan-bulan ini jakarta panas rekkk.... Sampai kayaknya mau keluar kantor itu males banget..xixixixix.... Gairah beribadah pun terlihat meningkat apalagi kalo pada saat malam sahur, dari sekelompok orang, perkumpulan kendaraan, rombongan kantor sampai artis pun meramaikan jalanan utk berlomba-lomba mendapatkan hidayan dari Allah dengan berbagi sesama, begitu juga pada saat berbuka dari yg buka bersama dengan teman kantor, sejawat, sekeluarga sampai dengan buka bersama kaum dhuafa...

Masjid dan mushola penuh dengan para muslim yg beribadah tapi ternyata rumah makan dan mall pun tak kalah penuhnya, mereka tetap membuka tempatnya dan penuh sesak juga dengan orang2 yg tidak berpuasa dengan segala macam reasonnya, jadi jgn aneh jika siang2 ada seorang bapak/ibu yg keluar dari rumah makan dengan asik membetulkan makanan yg tersisa di gigi xixixixixixi.... ( ndak suudzon kok heheheh )

Lain jakarta lain jedah+mekah+madinah, pada saat siang hari semua rumah makan tutup dengan teratur, jam kerja pun mengalami perubahan yg signifikan, semua rumah makan akan buka dari jam 3 sore sampai menjelang subuh, antara jam tersebut maka yg ndak puasa silahkan makan atau minum di rumah atau ruangan tertutup, tapi seperti mall dan gerai lainnya yg tidak berhubungan dengan makanan ( kecuali supermarket ) itu akan buka 24 jam selama bulan ramadhan, karena jam kerja di sebagian wilayah timur tengah bergeser menjadi jam 11-15 lalu di lanjutkan menjadi 22:30 - 03:00, kecuali kota-kota industri dan perdagangan yg tetap buka sesuai jam kerja internasional, so jadi jgn aneh ketika gw dan team melakukan pekerjaan di sana, kita meetinga jam 1 pagi ..xixixixxii bahkan sempet ketemu orang pada saat sahur ...

Jedan-mekah-madinah dalam hal berbuka puasa pun punya keunikan tersendiri, ketika di jedah buka puasa akan tidak terasa berbeda dengan buka puasa di jakarta, mungkin karena jedah sudah sebuah kota industri, tetapi jika sudah memasuki mekah, maka buka puasa di masjidil haram itu adalah sebuah pemandangan yg sangat hiruk pikuk, gairah utk bisa berbuka puasa di rumah Allah sangat besar sekali bahkan kadang saking besarnya mereka melupakan hak-hak orang lainnya yg ingin juga beribadah, ndak segan-segan mereka mendorong, berteriak, menyelak utk bisa masuk ke masjidil haram atau bahkan utk bisa duduk di barisan , Astagfirullah.... jadi seringkali terjadi friksi-friksi kecil diantara jemaah pada saat proses berbuka puasa...

Beda mekah beda madinah, di masjidil haram ( masjid nabawi ) prosesi buka puasa sangat teratur bahkan lebih teratur dari jakarta, setiap orang tanpa ada kesusahan akan masuk dalam barisan-barisan yg sudah disiapkan di dalam atau di luar masjid nabawi utk duduk menunggu berbuka puasa sambil melihat makanan dibagi, Masya Allah sampai menitikan air mata saya melihat keramahan penduduk madinah, pantaslah Rasullulah melakukan hijrah ke madinah karena penduduknya sangat ramah dan hangat , sehangat suhu di madinah yg pada saat puasa di malam hari bisa mencapai 33 derajat celcius.

Tapi jika sudah buka puasa sudah waktunya dimana tempatnya semua terasa nikmat, pada saat di masjidil haram di mekah saya mendapatkan tempat di pinggir lorong utk lalu lalang jemaah lewat, saya di ajak serombongan saudara muslim dari bangladesh utk saling berbagi penganan buka puasa, mereka menuangkan secangkir air zam-zam yg sudah mereka ambil sebelumnya ke gelas plastik saya yg masih kosong karena tidak kebagian, roti yg kecilpun mereka potong utk dibagi kesaya, karena dilihatnya saya hanya mendapat sekotak kurma yg saya dapat dari pembagian saudara muslim di luar..Ya Allah segala peluh , kesal, dongkol saya ketika berusaha utk masuk masjidil haram terbayar sudah dengan suasana akrab sesama muslim ketika berbuka, selesai shalat magrib saya memutuskan utk keluar utk mencari makanan berat ( indonesia banget yehh heheheh ) mereka pun memeluk saya satu persatu dengan berbisik mengucapkan thanks for share with us in here, uhhhhhhh..... terharu jadinya....

Dari semua pengalaman tersebut yg membuat saya lebih tercengang adalah pada saat saya harus berbuka puasa di jalan Tol ( jedah-mekah ) , hampir semua mobil berhenti di pinggir jalan, mereka keluar serta menggelar karpet kecil dan sama-sama berbuka puasa dengan makanan yg seadanya serta melakukan shalat baru kemudian mereka melanjutkan perjalanan, jadi pada saat buka puasa itu benar2 semua kegiatan terhenti even mobilpun berhenti utk sebentar berbuka dan shalat, hal yg tidak saya temui di jakarta, pada saat buka puasa jalanan tetap macet dengan asap kendaraan serta klakson orang2 yg tidak sabar ..damm... padahal Indonesia itu yahh muslimnya terbesar di dunia ....

Nikmatnya ramadhan kali ini, walaupun ini ramadhan kedua dengan ndak ada nyokap..hiks..... hiks....

Selesai sudah ramadhan datanglah syawal, seperti kata iklan di TV ..

Seringkali...
Seringkali kita berpikir yg tak sepantasnya
Melihat yg tak semestinya
Bicara yg tak sebenarnya
Mendengar yg tak sepatutnya
Menangani yg tak terpuji
Dan melangkah ke tempat yg tak seharusnya...
Mohon dimaafkan segala khilaf saya...
Semoga kita semua bisa bertemu Ramadhan tahun depan...
Selamat hari Raya Idul Fitri 1429 H...


1 syawal 1429 H

Sunday, June 22, 2008

Sahabat Sejati adalah ........

kalau ditanya siapakah sahabat sejati anda , siapakah kira-kira yang akan anda sebut ..?
Hmmmm bisa teman sekantor, teman sepermainan, teman sesekolahan, teman sekuliahan, teman kecil, teman sekampung, istri, suami, pacar, mantan kekasih, orang tua, anak, mertua, binatang piaran anda atau bahkan harta anda ...

seribu bahkan berjuta-juta kemungkinan jawaban akan muncul untuk pertanyaan tersebut. Nah kemudian pertanyaan berikutnya adalah apa yg bisa diberikan oleh sahabat sejatimu itu .? wahh ini bakal lebih banyak kemungkinan jawaban yg akan keluar, bisa teman suka duka, ada di saat dibutuhkan, yang menerima apa adanya , pokoknya banyak dehhh... ndak bakalan kelar 7 hari 7 malam untuk mengeluarkan uneg-uneg hati mengenai arti dari sahabat sejati...

Ada satu sahabat sejati yang sebenarnya patut da harus kita jadikan sebagai sehabat sejati kita semua , tau ndak sahabat sejati ini bisa apa ...?
  1. Sejuta bahkan bermilyar-milyar alasan yang diungkapkan orang mengenai sahabat sejati ini bisa dilakukan oleh sahabat sejati ini
  2. Sahabat sejati ini bisa menemani di segala macam situasi yg pernah manusia ungkapkan
  3. Sahabat sejati ini bahkan bisa menemani kita pada saat sakaratul mau menjemput
  4. Sahabat sejati ini menemani kita pada saat di alam kubur kita ditanya oleh malaikat
  5. Sahabat sejati ini yang akan menolong kita pada saat kita dikumpulkan di padang Mahsyar utk mempertanggung jawabkan segala macam perbuatan kita selama di dunia

Siapakah sahabat sejati itu...? dia adalah " AMAL IBADAH SELAMA DI DUNIA "....

Insya Allah sahabat sejati ini akan setia sampai akhir khayat bahkan sampai hari akhir nanti...

Saturday, June 14, 2008

Antara Gubug dan Nikah

Nikah ....
Hmmmmmm.... sebuah kata yg kepikiran juga akhirnya...
Dulu pernah .. bubar .. yang tersisa cuman my lovely daughter yg harus menerima kenyataan utk terpisah mamah dan ayahnya , mau bicarakan hal musababnya , ndak ahhh , capek ...

Sekarang yg dipikirkan adalah bagaimana mau mulai lagi, memang sih menikah itu bukan sebuah solusi hidup atau dalam arti kata bukan merupakan awal dari sesuatu atau akhir dari sebuah cerita tapi merupakan sebuah rangkaian cerita dari perjalanan hidup...

Dulu pertama kali menikah tekad baja ada didalam jiwa raga, apapun bentuk nya di depan nanti yah hadapi aja , tapi sekarang setelah tahu yg namanya dunia pernikahan bagaimana jadi rada-rada ciut ..wakakakakaakk.... manusia-manusia ... bukannya belajar malah ciut yahhh..ehheeheh

Kalo mba e ku pernah pesan sepatah sampai se ember patah kata , dia bilang selesaikan satu persatu tujuan dan masalah hidupmu dik.... jangan semua diselesaikan satu paket ... hmmm bener juga yahhh.. tapi kalo satu persatu diselesaikan yg jadi pertanyaan adalah yg mau diajak nikah itu mau nunggu ndak yahhh ...???? heheheeheheh.. tapi sebelum pertanyaan tersebut adalah " emangnya ada yg mau gw ajak nikah apa ..?? wakakakakakakkkkkkk..... "

Yo wis sekarang fokus dulu bangun gubuk derita di pinggiran kota dengan hasil nabung ( yakinnnn hasil nabung nehh heheheh ) trus mikirin bayar buat bangun gubub, trus pindah dari kostan ke gubug, trus mikrin isi gubugnya, trus mikirin bayar buat bensin setiap harinya dari gubu ke kantor , trus apalagi yahhh.... jadi kapan mikirin soal nikah yahhh.....

Uhhhhh..masih panjang ternyata .... jadi yahhh nanti nanti aja dipikirin ... Yukk mareee....
Lanjutkan mikirin yg didepan aja dehhh...
Yg Future world nanti aja .... masih jauh kayaknya ..heheehhe

Saturday, March 01, 2008

Cinta kepada Allah

Ayat-ayat cinta ..hmmm..sebuah film Indonesia yg sedang di putar di bioskop-bioskop tanah air. Cukup menarik animo masyarakat yang sudah haus akan hiburan yg bermutu dengan buatan asli dari anak bangsa. Penasaran dengan isi dari film tersebut yang katanya bagus tapi tak sebagus cerita novelnya yang di tulis oleh seorang penulis besar Mesir Habiburrahman El Shirazi.

Setelah hampir 1 1/2 jam lebih menonton film tersebut yang ternyata tidak diimbangi dengan setting serta pemeran yg layak dengan alur cerita yang sangat menarik saya cukup banyak mendapat pelajaran dari film tersebut. Untuk orang dengan pola pikir secetek saya, film ini cukup banyak memberikan inspirasi untuk menjalani kesaharian saya.

Ada satu bait kalimat yg membuat saya banyak berpikir , yaitu Cinta itu beda dengan rasa ingin memiliki..wahhh ternyata dalam banget kalo mau mencoba mengurai kalimat itu. Karena pada dasarnya manusia itu memiliki hawa nafsu serta ego yang besar , yang kadang membuat manusia lupa dengan hakekat hidup itu sendiri.

Nah, kalo ngomong soal cinta apalagi yang sedang di mabuk asmara dengan segala macam kecocokan, kepengertian ataupun kepenghargaan pastilah cinta dengan sesama mengalahkan dengan apa yg namanya takdir hidup atau logika berpikir. Dan ujungnya terjebak dengan namanya cinta semu, padahal ada cinta yg harusnya di bikin permanent yaitu Cinta kepada Allah.

Padahal kalo mau dipikir sedikit dengan logika, kalo kita Cinta ama Yang Ciptain manusia pasti akan lebih banyak manfaat daripada harus mencintai ama yg sama-sama diciptakan dengan membabi buta, sampe lupa yg namanya status, kehormatan dan kadang lupa yg namanya ibadah. Yang pasti ujung-ujungnya bakal merugi jika hawa nafsu yg berperan dalam yg namanya cinta sesama.

Sudah saatnya memperbesar cinta kepada Allah, agar kita tidak bablas dengan cinta sesama yang suka bikin manusia lupa diri dan lupa ibadah. Kita semua sudah ada janji dengan maut dan itu janji Allah, maka dengan memperbesar cinta kepada Allah, Insya Allah pada saat maut datang maka Cinta yg sudah kita tanamkan kepada Allah akan mempermudah kita menjadi ahli surga kelak ..amien.....

Wednesday, February 06, 2008

Dan duka pun mengalir seperti air

Kini kau jadi seorang lelaki yang berjalan sendirian di bawah gerimis hujan.
Betapa pun pedih duka kaurasakan, kau tetap bertahan.
Hitam rambutmu basah tergerai di dahi, kini tiada kauhiraukan."Kekasih, mengapa cinta, mengapa penuh dengan kebencian?" lirihmu,
sambil memandang butiran hujan dan awan hitam yang bergerak perlahan.

Namun kini matamu tak lagi basah oleh airmata,
maka tak ada lagi duka merayapi sepanjang garis senyummu yang sederhana,
maka kebencian berlalu bersama angin yang berhembus perlahan sehabis hujan.

Mungkin kini kau berharap cinta sejatilah yang akan menuntunmu menjadi manusia, menghapus cemas pada sukma, membasuh debu-debu hatimu dengan cahaya.Namun, siapakah kekasih yang selalu kautunggu itu?

(buat adik-ku yg sedang belajar untuk KUAT)

Monday, February 04, 2008

Lelah



Sudah lelah kaki berjalan

Sudah lelah darah ini mengalir deras

Sudah lelah nafas ini berhembus panjang

Sudah lelah di dalam angan menyimpan hasrat

Hujan pun akhirnya berjatuhan

Membawa semua kelelahan

Mengurai semua gundukan kelelahan

Menghapus semua jejak kesalahan

Apakah setelah hujan akan ada pelangi..?

Yang akan membasuh lelah ini

Yang akan menyegarkan asa ini

Jalani hari ini, esok dan nanti

Biarkan hujan dan pelangi

Memberikan arti dari hidup ini

Dan biarkan lelah datang dan menepi

Lelah akan hilang di sela hujan dan pelangi



kppti, 04.02.2008, 06:58

Sunday, February 03, 2008

FRIENDSHIP

Buddies, don't we all have them
Pals, so they're not so concerned about you all the time
Friends, could you use one
Could someone find one in you
Sure we all could use a friend
hopefully not only in times of need
Real good close friends....are there any you ask
Very rare dare in say...but always there
I have in you such a friend
Rain or shine
Sure glad you're mine

Thamrin,
UN Building

Thamrin....

Aku... Ingin jadi Buih Pertama Matahari yang meresap butir-butir air,
dipucuk langit disudut ruang-ruang,
yang mengangkat butir-butir air tuk disemai,
dipersembahkan bagi dunia, jadi hujan, jadi embun, jadi penyejuk dilipatan udara.
Semoga....

(Thamrin, saat adik-ku memulai genjatan senjata)

Just go on

Memang pernah terbersit menyudahi sebuah cerita yg kurasa masih niskala
Memang pernah terkias memutuskan harapan yang rasanya tak kunjung datang
Sekali kurentang nafas, tak terasa maknanya
Karena hembusan itu justru membikin yang kukerjakan tak berarti apa-apa
Tapi baru tadi malam serentang harap kembali menyembul pelan
Dan sekalimat bisikan mengiang ...
" Jalani saja hari ini, esok dan nanti ....."
Berkah kan melimpah tak kan berkurang dari Illahi ...

mba e ku

Tuesday, January 29, 2008

happy ... or Un happy















Kurasa aku kembali hidup bersama bintang,
mereka begitu damai dan tenang,
Aku terpukau memandang mereka lama dan lamaa sekali...
Mereka tidak dalam kegelapan dan meratapi dosa mereka,
Mereka tidak membuatku muak dengan ocehan
mengenai ketaatan terhadap Tuhan,
Tak ada yang mengeluh, tak satupun yang didera
keinginan memiliki sesuatu,
Tak satupun menyembah yang lainnya,
Juga tidak menyembah sesamanya yang hidup beribu tahun
yang lalu...
Tak satupun patut di hormati atau tidak merasa bahagia
di pelataran bumi


-walt whitman-

Thursday, January 10, 2008

Shalat khusyu’ itu mudah dan saaangat nikmat

Shalat shubuhku kali ini ternyata berjalan 1 jam tanpa merasa lelah! Dan sepanjang shalat aku menangis. Saya yakin, yakin sekali, Anda juga akan merasakannya. Seperti juga telah dirasakan banyak orang yang mengikuti petunjuk sederhana ini.

Kemarin saya ke Gramedia untuk mencari buku-buku kata-kata mutiara dan buku Marwah Daud yang berjudul HMMD. Buku-buku kata mutiara sudah didapatkan, buku HMMD nya tidak ada. Sambil melihat-lihat buku best seller, mata saya menangkap judul yang tengah saya cari. Pelatihan Shalat Khusyu’. Buku relatif tipis dengan harga lumayan mahal, 50 ribu.

Gambarnya orang sedang sholat di tepi danau, dengan nuansa sampul putih dan biru air. Ada cetakan emas tulisan “Best Seller” di sampulnya. Penulisnya Abu Sangkan, nama yang rasanya pernah dengar, entah dimana. Mungkin karena kata Sangkan Paraning Dumadi (Yang Dianggap -Sumber- Datangnya Kejadian), adalah sebutan bagi Allah dalam masyarakat Jawa. Ternyata nama Abu Sangkan karena dia punya anak dinamai Sangkan paraning Wisesa (sumber datangnya kebijaksanaan -mungkin begitu).

Buku itu saya baca sehabis Isya’ hingga larut malam. Selesai jam 11 malam. kalimat pertama yang mengesankan saya adalah komentar Marwah Daud, yang meyakini bahwa karunia terbesar dalam hidup ini bukanlah kakayaan dan jabatan, tapi adalah diberi karunia shalat yang khusyu’. Dia yakini ini berdasar surat Qur’an Surat Al Mukminun 1-2, “Telah beruntunglah orang-orang mukmin, yaitu mereka yang khusyu’ dalam sholatnya.”
Silahkan baca sendiri isi dan tipsnya, tulisan ini bukan tentang itu, tapi tentang pengalaman saya ketika shalat subuh tadi pagi.

Setiap Ramadhan saya merasa ketinggalan kereta. Demikian pula dengan kereta I’tikaf 10 hari terakhir. Lagi-lagi luput, tiba-tiba sudah malam ke 22. Maka saya niatkan untuk tahajud dengan menerapkan metode sederhana sholat khusyu’.

Gagal. Saya bangun dengan malas sehingga sahur selesai saat masuk imsak. Ketika ambil wudlu, ternyata sudah masuk subuh. Akhirnya saya mencoba menerapkannya pada sholat sunnah sebelum saya ke masjid (baru hari ini pingin ke masjid, biasanya malas). Niat saya shalat sunnah di rumah, lalu segera ke masjid.

Gagal juga! Shalat sunnah saya terlalu lama sehingga (sambil masih shalat) terdengar masjid sudah memulai shubuhnya. Ya sudah saya lanjutkan terus sunnah saya. Pelan-pelan. Sambil sangat rileks, seperti tips dalam buku itu. Subhanallah! Shalat sunnah ini begitu enaknya, hingga lama seperti seakan shalat wajib. Shalatnya terganggu ketika ponsel berbunyi karena ada SMS masuk. Bunyi terus-menerus mengingatkan saya bahwa ada message yang belum dibaca. Duh, kesal rasanya hati harus mempercepat shalat hanya untuk mematikan handphone.

Lalu saya mulai shalat shubuh. Dengan sedikit kurang yakin bahwa akan mendapat kenikmatan seperti shalat sunnah tadi. Saya menyantaikan diri. Rileks. Satu prinsip utama dalam kiat buku itu adalah, jangan ‘mencari’ khusyu’, cukup siapkan diri untuk ‘menerima’ khusyu’ itu, karena khusyu’ bukan kita ciptakan tapi ‘diberi langsung’ oleh Allah sebagai hadiah nikmat kita menemuiNya. Tips yang sangat sederhana, tapi ini bagi saya adalah lompatan paradigma!

Maka saya bersikap rileks. Kepala hingga pinggang dikendorkan, jatuh laksana kain basah yang dipegang ujungnya dari atas. Berat badan mengumpul di kaki yang kemudian serasa keluar akarnya, mengakar ke bumi. Berdiri santai, senyaman kita berdiri. Abu Sangkan menggambarkan laksana pohon cemara, meluruh atasnya, kokoh akarnya sehingga luwes tertiup angin namun tak roboh.

Bersikap rileks menyiapkan diri kita untuk siap ‘menerima’ karunia khusyu’, karena khusyu’ itu diberi bukan kita ciptakan.

Lalu saya mulai bertakbir, Allahu Akbar. Dan selanjutnya saya baca dengan pelan-pelan. Karena bacaan shubuh harus diucapkan agak keras, maka saya rendahkan suara saya. Pelan sesuai tips buku itu, rendah suara karena -jujur- saya agak malu kalau suara saya terdengar istri saya yang sedang tiduran. Rasanya seperti baru belajar sholat lagi. Saya berdiri lama, banyak berhenti kalau memang sedang tidak ingin baca. Saya meresapi kesendirian dan berusaha menangkap kehadiran Tuhan yang sesungguhnya amat dekat dengan kita, namun kita tumpul untuk merasakannya. Saya sedang menemuiNya sekarang. Saya, ruh saya tepatnya. Badan fisik ini hanyalah alat yang mengantar ruh ini berjumpa kembali dengan yang dicintainya, ialah Allah yang meniupkan ruh ini dahulu ke dalam badan fisik.

Break sebentar. Pernah sholat di belakang imam yang ‘ngebut’ sholatnya? Saya pernah, dan jujur saya kesal. Baru mau selesai Al Fatihah, eh dia sudah ruku’. Saya mau ruku’ eh dia sudah berdiri I’tidal. Dan seterusnya. Saya kesal karena irama kecepatan sholat kami berbeda. Dia - menurut saya- terlalu cepat.

Ternyata demikian halnya dengan sholat kita sendiri. Ketika kita sholat, selain badan fisik kita ini sholat pula ruh kita. Ruh inilah yang benar-benar ingin sholat -kembali menemui Tuhannya- sementara badan fisik ini sarana kita mengantarnya dengan gerakan dan bacaan. Ruh kita ini sesungguhnya ingin sholat dengan tenang, santai, tuma’ninah. Sayangnya badan kita ‘ngebut’, jadilah ruh kita itu jengkel sejengkel-jengkelnya karena selalu ketinggalan gerakan badan. Maka tips sederhana dari buku itu adalah jika ruku’, tunggu, tunggu hingga ruh ikut mantap dalam ruku’ itu. Saat I’tidal, tunggu, tunggu hingga ruh mu ikut mantap I’tidal. Demikian pula saat sujud, duduk antara dua sujud, juga duduk tasyahud. Tunggu, tunggu hingg ruh mu ikut sujud, ikut duduk, ikut tasyahud.

Berikan kesempatan ruh kita -sebut saja “aku” yang sejati- untuk mengambil sikap sholatnya. Dia agak lamban, namun sholat ini utamanya untuk ‘aku” kita itu, bukan untuk badan fisik kita.
Maka saya shalat dengan sangat pelan. Santai. kalau sedang malas baca, saya diam saja. menikmati kepasrahan saya hadir menemui Tuhan. Saya baca bacaan sholat dengan pelan. Saya mencoba berdialog, dan itulah memang esensi sholat.

Esensi sholat adalah doa, berdialog dengan Allah secara langsung.
Kita sebenarnya diberi kesempatan untuk mengadu. Kita adukan semua persoalan kita kepada Allah. Kita adukan semua kebingungan kita, pekerjaan, rizki, kesehatan, cinta, dan semua apapun. Kita mengadu, dan kita pasrah menunggu dijawab. Dan pasti Allah menjawabnya langsung. Ruh bisa merasakannya, namun kalau dia dipaksa tertinggal-tinggal oleh gerakan badan, maka dia tidak sempat menikmati pertemuan dengan Allah itu.

Saat ruku’ saya ruku’ lama, sambil menarik regang kaki dan punggung saya. Nikmati saja seperti menikmati peregangan bila senam. Saat sujud, saya tumpukan kepala sebagai tumpuan utama. Nikmat rasanya ‘terpijat’ dahi ini oleh gerak sujud. Saat ruh telah ikut sujud, saya baca dengan penghayatan, “Subhana robbiyal a’laa wa bi hamdih” (Maha Suci Engkau yang Maha Tinggi dan Maha Terpuji). Rasanya nikmat sekali sujud lama.

Lalu, lalu saya duduk setelah sujud. Saya baca sepotong-sepotong bacaannya, sesuai tips buku itu. Robbighfirlii (Ya Tuhan ampunilah aku). Lalu saya diam. Tiba-tiba keluar sendiri air mata, saya menangis karena menyadari betapa dalam makna kalimat pengaduan ini. Kita minta secara langsung untuk dimaafkan . Ruh kita meminta secara langsung, dan Allah menjawabnya. Saya menangis. Ruh saya, kita yang sejati, menangis. War hamnii (dan sayangilah aku), air mata itupun tumpah. Wajburnii. Diam. War fa’nii. Diam. Saya tak terlalu yakin arti yang saya baca. Tapi saya makin menangis. Warzuqnii (beri rizki padaku -Ya Allah), air mata saya tumpah, betul-betul saya tiba-tiba sadar bahwa selama ini saya mengejar-ngejar rizki tapi tidak serius mengakui itu dariNya, lalu saat ini saya sedang memintanya langsung! Wahdinii (tunjukilah aku -karena aku sedang bingung dan tak tahu). Diam, saya menangis. Wa’aafinii (dan sehatkan aku -aku yang sedang sakit pilek). Wa’fuannii (dan maafkan aku- yang banyak dosa ini). Saya duduk lama sekali. Sambil mengusap air mata yang bercucuran.

Shalat shubuh dua rakaat ini panjang. Ditutup dengan tasyahud yang menggetarkan. Apalagi ketika membaca “Assalaamu’alainaa wa ‘alaa ibaadillahisshoolihiin” (keselamatan mohon dikaruniakan kepada kami -para ruh yang sedang menemuiMu- dan atas ruh-ruh ahli-ahli ibadah yang sholih). Saya menangis terus-menerus, sehingga berulang kali mengusap lendir yang keluar dari hidung.

Setelah shalat, sesuai dengan tips buku itu, saya mulai berdoa dengan meratap. Saya ucapkan hanya, “Ya Allah… Ya Allah… Ya Allah…”, sambil mengangkat tangan setinggi wajah seperti seorang pengemis yang meminta-minta. Berkali-kali, hingga hati saya siap berdoa. Saya ingat buku Al Ghazali dulu saya baca, sekitar 15 tahun lalu, yang berjudul Rahasia Shalat. Salah satu poin yang saya ingat adalah, kalau kita ingin dekat Allah maka kita harus sungguh-sungguh memanggilnya laksana seorang anak kecil yang ketakutan karena ada ular atau bahya, lalu memanggil-manggil ayahnya, “Ayah… Ayah… Ayah…”, maka ayahnya pasti datang dengan seruan itu dan melindungi anak tersebut. Demikianlah kalau kita ingin bebas dari maksiat, kata Al Ghazali, maka kita harus panggil dengan betul-betul ketakutan akan maksiat tersebut, kita panggil pelindung kita dengan sungguh-sungguh seakan anak kecil memanggil-manggil ayahnya, maka akan dilindungi kita dari maksiat tersebut.

Lalu saya berdoa, dengan masih terus menangis. Saya merasa mengadu dan masih mengadu di depan Tuhan secara langsung. Saya mengikhlaskan apapun jawaban dari doa saya tersebut.
Saya bahagia bisa merasakan sholat seperti itu. Tidak akan tergantikan dengan uang dan kemewahan dunia lainnya.

Sungguh pengalaman yang menakjubkan. Cerita berhalaman-halaman tidak akan mampu melukiskan hal itu. Silahkan coba sendiri, rasakan sendiri, menagislah mengadu kepada Allah sendiri. Saya cuman mau berbagi cerita, dengan kekahwatiran saya kehilangan rasa yang sama di sholat berikutnya (insya Allah mudah-mudahan tidak akan hilang).

Problem yang sekarang muncul, tampaknya akan sulit lagi saya menikmati sholat kilat, di belakang imam yang irama sholatnya lebih cepat dari saya. Apakah saya perlu sholat sendiri dulu beberapa waktu ini?

Buku itu berjudul Pelatihan Shalat Khusyu’ : Shalat sebagai meditasi tertinggi dalam Islam. Abu Sangkan, Penerbit Baitul Ihsan (masjidnya Bank Indonesia), cetakan kelima Mei 2005 (cetakan pertamanya Agustus 2004). Websitenya : www.dzikrullah.com

dikutip dari http://khairulu.blogsome.com/

“Apa sih indikator kita ini di jalur benar menuju sukses di akhirat?”

Pertanyaan yang sulit. Sebab tidak ada orang di jaman ini yang berhak memberi status, apakah kita sedang menuju sukses akhirat, atau menjauhinya. Dulu di jaman Rasulullah Muhammad, beliau beberapa kali (sebagai bentuk pengajaran) memberi status ke beberapa sahabat, si anu masuk surga, si fulan masuk neraka. Ilmu itu ada di beliau. Lalu di jaman sekarang ini kita harus berpegang pada indikator apa?

Indikator ini semestinya adalah sebuah indikator praktis yang bisa kita pantau sendiri, persis seperti speedometer di sepeda motor atau mobil kita. Jadi kita tidak perlu orang lain yang memberi analisisnya buat kita. Percayalah, orang lain itupun sebaiknya memantau indikatornya sendiri daripada sibuk memantau indikator kita. Dia punya problem yang sama dengan kita.

Saya yakin indikator ini penting. Saya sering merasa bahwa pada waktu tertentu, misalnya saat bulan puasa ini, sepertinya banyak orang ‘mendadak jadi shaleh’. Sehingga kadang dalam hati ini juga agak malu dengan diri sendiri. Yang tadinya jarang ke mesjid, tiba-tiba semangat untuk tarawih. yang tadinya jarang mendengarkan pengajian, tiba-tiba hobi dengan ceramah dan lagu ruhani. Kemudian lebaran tiba, sibuk silaturahmi (sambil pamer ponsel), dan hilang kembali keshalehan mendadak tersebut. Nah loh.

Berarti pencapaian perilaku saat puasa itu sangat sesaat, bukan indikator yang praktis. Itu ibarat orang dapat proyek besar, lalu dapat uang banyak. Sekejap dia menjadi orang kaya yang sukses finansial. Lalu sibuk belanja. Lalu tak lama kemudian kembali menjadi orang yang punya hutang. Kekayaannya yang sekejap hanyalah indikator semu. Semestinya kita berpegang pada ‘wealth ratio’ itu, yang tak begitu kelihatan namun jauh lebih esensial.

Seseorang boleh tampak sederhana, baju biasa saja, rumah biasa saja, kendaraan hanya sepeda motor. Tapi orang ini merdeka karena pasif income nya melebihi pengeluarannya setiap bulan. Orang ini kaya. Sebaliknya seseorang punya mobil mewah, rumah keren, dengan gaya hidup yang mewah. Tapi pasif income nya nol besar. Jelas yang ini cuman ‘kelihatan’ kaya, aslinya sih miskin.

Demikian juga dengan amalan itu, jangan-jangan keshalehan mendadak di bulan puasa itu akhirnya hanya indikator yang melenakan. Merasa sudah akan sukses di akhirat, eh ternyata masih termasuk yang dimurkai Tuhan. Demikian pula dengan yang bolak-balik umroh maupun haji berkali-kali, jangan-jangan ya ditolak semua ibadahnya itu.

Jadi apa ya, indikator yang tepat bahwa kita ini (kira-kira) menuju kesuksesan di akhirat?
Sejauh ini, walau belum intensif dicari, jawabannya pasti ada di Qur’an dan hadits. Mari kita cari yang praktis, yang setiap saat dengan mudah kita bisa mengukurnya tanpa harus minta tolong orang lain memberi evaluasi buat kita.

Dulu sekali waktu membaca buku Al Ghazali tentang rahasia shalat, ada satu hal yang melekat dalam benak ini. Kata Al Ghazali, kalau kita ingin bangun malam shalat tahajud, maka syaratnya adalah hari sebelumnya tidak melakukan maksiat. Kalau kita bersih, maka bangun menjadi mudah. Kalau ada maksiat, maka bangun menjadi sulit. Pengalaman sih, Al Ghazali benar.

Rasanya memang ada hubungan sebab akibat yang kuat antara kualitas amal sebelumnya dengan kemudahan amal berikutnya. Berarti kalau makin lama makin nyaman beramal shaleh (shalat, sedekah, mengajar ilmu, bekerja dengan tulus, tidak ngerumpiin orang lain, dll) berarti kita di jalur yang benar. Tren nya bergerak naik, mestinya. Mungkinkah ini indikator yang tepat? Cara memberi skornya bagaimana ya?

Atau mungkin indikator yang lebih tepat adalah jumlah shalat khusyu yang kita rasakan? Katanya, khusyu itu karunia, sesuatu yang diberikan kepada kita yang ingin bersungguh-sungguh shalat. Mendapat khusyu itu ciri kita di jalur yang benar. Jadi kalau dalam satu hari kita sholat 5 kali dan tidak khusyu semua, berarti skor ’speedometer’ kita nol (sepertinya seringkali skor kita yang ini nih!). Kalau satu sholat saja kita rasakan khusyu maka skor kita 20 persen, kalau semuanya khusyu berarti sukses skor 100 persen. Skor berguna, seperti halnya angka-angka di speedometer. Walaupun mungkin skor kita naik turun, ya nggak papa, daripada tanpa skor sama sekali.

Sejauh ini kira-kira di sekitar itulah diduga letak indikator yang praktis untuk kita pantau sehari-hari. Semestinya indikatornya kombinasi, satu untuk hubungan kita langsung dengan Tuhan dan satu lagi untuk ibadah sosial, supaya menggambarkan amalan yang lebih luas. Misalnya, jumlah shalat khusyu dan persentase sedekah dari penghasilan.

Dua indikator ini cukup praktis karena mudah memantaunya dan dapat dibuat menjadi skor. Tentu saja ini buat diri sendiri, jadi terserah masing-masing untuk membuat indikator sendiri. Yang jelas, tanpa indikator akan berakibat hidup ini menjadi sulit diarahkan, lalu bisa terjadi kita terkejut dan menyesal di kemudian hari, ketika telah tiba masa kita nanti untuk berpulang.

Indikator, kawan, indikator… mari kita cari untuk menyelamatkan diri kita masing-masing dalam menempuh ujian singkat yang hanya 0,15 detik kosmik di dunia ini.


dikutip dari :http://sepia.blogsome.com/

Kiat sukses dunia akhirat dari Nabi

Malu rasanya sering mengutip kiat sukses dari orang barat. Maka yang ini kiat dari Rasulullah. Dijamin lebih mustajab. Saya kutip dari situs Renungan Islam.

HADIS MUTHAHHARAH

Dari Sayyidina Khalid bin Al-Walid Radiallahu’anhu telah berkata : Telah datang seorang arab desa kepada Rasulullah S.A.W yang mana dia menyatakan tujuannya : Wahai Rasulullah! sesungguhnya kedatanganku ini adalah untuk bertanya kepada engkau mengenai apa yang akan menyempurnakan diriku di dunia dan akhirat. Maka baginda S.A.W telah berkata kepadanya Tanyalah apa yang engkau kehendaki :

Dia berkata : Aku mau menjadi orang yang alim
Baginda S.A.W menjawab : Takutlah kepada Allah maka engkau akan jadi orang yang alim

Dia berkata : Aku mau menjadi orang paling kaya
Baginda S.A.W menjawab : Jadilah orang yang yakin pada diri engkau maka engkau akan jadi orang paling kaya

Dia berkata : Aku mau menjadi orang yang adil
Baginda S.A.W menjawab : Kasihanilah manusia yang lain sebagaimana engkau kasih pada diri sendiri maka jadilah engkau seadil-adil manusia

Dia berkata : Aku mau menjadi orang yang paling baik
Baginda S.A.W menjawab: Jadilah orang yang berguna kepada masyarakat maka engkau akan jadi sebaik-baik manusia

Dia berkata : Aku mau menjadi orang yang istimewa di sisi Allah
Baginda S.A.W menjawab : Banyakkan zikrullah nescaya engkau akan jadi orang istimewa di sisi Allah

Dia berkata : Aku mau disempurnakan imanku
Baginda S.A.W menjawab : Perelokkan akhlakmu niscaya imanmu akan sempurna

Dia berkata : Aku mau termasuk dalam golongan orang yang muhsinin (baik)
Baginda S.A.W menjawab : Beribadatlah kepada Allah seolah-olah engkau melihatNya dan jika engkau tidak merasa begitu sekurangnya engkau yakin Dia tetap melihat engkau maka dengan cara ini engkau akan termasuk golongan muhsinin

Dia berkata : Aku mau termasuk dalam golongan mereka yang taat
Baginda S.A.W menjawab : Tunaikan segala kewajipan yang difardhukan maka engkau akan termasuk dalam golongan mereka yang taat

Dia berkata : Aku mau berjumpa Allah dalan keadaan bersih daripada dosa
Baginda S.A.W menjawab : Bersihkan dirimu daripada najis dosa nescaya engkau akan menemui Allah dalam keadaan suci daripada dosa

Dia berkata : Aku mau dihimpun pada hari qiamat di bawah cahaya
Baginda S.A.W menjawab : Jangan menzalimi seseorang maka engkau akan dihitung pada hari qiamat di bawah cahaya

Dia berkata : Aku mau dikasihi oleh Allah pada hari qiamat
Baginda S.A.W menjawab : Kasihanilah dirimu dan kasihanilah orang lain nescaya Allah akan mengasihanimu pada hari qiamat

Dia berkata : Aku mau dihapuskan segala dosaku
Baginda S.A.W menjawab : Banyakkan beristighfar nescaya akan dihapuskan( kurangkan ) segala dosamu

Dia berkata : Aku mau menjadi semulia-mulia manusia
Baginda S.A.W menjawab : Jangan mengesyaki sesuatu perkara pada orang lain nescaya engkau akan jadi semulia-mulia manusia

Dia berkata : Aku mau menjadi segagah-gagah manusia
Baginda S.A.W menjawab : Sentiasa menyerah diri (tawakkal) kepada Allah nescaya engkau akan jadi segagah-gagah manusia

Dia berkata : Aku mau dimurahkan rezeki oleh Allah
Baginda S.A.W menjawab : Sentiasa berada dalam keadaan bersih ( dari hadas ) nescaya Allah akan memurahkan rezeki kepadamu

Dia berkata : Aku mau termasuk dalam golongan mereka yang dikasihi oleh Allah dan rasulNya
Baginda S.A.W menjawab : Cintailah segala apa yang disukai oleh Allah dan rasulNya maka engkau termasuk dalam golongan yang dicintai oleh Mereka

Dia berkata : Aku mau diselamatkan dari kemurkaan Allah pada hari qiamat
Baginda S.A.W menjawab : Jangan marah kepada orang lain nescaya engkau akan terselamat daripada kemurkaan Allah dan rasulNya

Dia berkata : Aku mau diterima segala permohonanku
Baginda S.A.W menjawab : Jauhilah makanan haram nescaya segala permohonanmu akan diterimaNya

Dia berkata : Aku mau agar Allah menutupkan segala keaibanku pada hari qiamat
Baginda S.A.W menjawab : Tutuplah keburukan orang lain nescaya Allah akan menutup keaibanmu pada hari qiamat

Dia berkata : Siapa yang terselamat daripada dosa?
Baginda S.A.W menjawab : Orang yang sentiasa mengalir air mata penyesalan,mereka yang tunduk pada kehendakNya dan mereka yang ditimpa kesakitan

Dia berkata : Apakah sebesar-besar kebaikan di sisi Allah?
Baginda S.A.W menjawab : Elok budi pekerti, rendah diri dan sabar dengan ujian ( bala )

Dia berkata : Apakah sebesar-besar kejahatan di sisi Allah?
Baginda S.A.W menjawab : Buruk akhlak dan sedikit ketaatan

Dia berkata : Apakah yang meredakan kemurkaan Allah di dunia dan akhirat ?
Baginda S.A.W menjawab : Sedekah dalam keadaan sembunyi ( tidak diketahui ) dan menghubungkan kasih sayang

Dia berkata: Apakah yang akan memadamkan api neraka pada hari qiamat?
Baginda S.A.W menjawab : sabar di dunia dengan bala dan musibah

komentar : tinggal pilih kiat mana yang sedang Anda perlukan saat ini.

dikutip dari : http://sepia.blogsome.com/

Puisi di Awal Tahun



Ya ALLAH,
KAU ciptakan waktu dalam dua sisi,
Siang & malam...

keduanya tetap dalam ritme Nafas kehidupan.
Bagi-MU tidak ada Tahun Baru ...
Yang ada adalah
Hari esok dan esok,
yang tiap ritmenya
Mengartikan berkurangnya usia kita


Selamat Tahun Baru Islam 1429 H